KILASKATA.COM, MAKASSAR – Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Bambang Haryo Soekartono berkunjung di Pelabuhan Makassar New Port, Sabtu. (10/12/2022).
Bambang Haryo melihat efektifitas dari Makassar New Port yang dibangun dengan anggaran 1.3 Triliun, dimana mempunyai kapasitas 800.000 TEUs dan hanya dalam satu tahun sudah digunakan untuk menampung sekitar 300.000 TEUs.
“Pelabuhan Makassar New Port sudah berfungsi dengan baik, dan masih harus terus dikembangkan secara bertahap hingga daya tampung kontainer di terminal mencapai 2 juta TEUs, dengan anggaran tambahan hanya sebesar 2.6 Triliun Rupiah” papar Ketua Harian DPW Partai Gerindra Jawa Timur itu.
Mantan anggota DPR RI periode 2014 – 2019 tersebut pun mengkomparasi Makassar New Port dengan pelabuhan Patimban yang berada di Subang, Jawa Barat, yang justru menelan anggaran mencapai Rp50 Triliun, dimana hingga saat ini sudah mendekati 50%.
Menurutnya, sangat disayangkan terminal dari pelabuhan dengan luas 300 hektare ini masih belum difungsikan sebagai terminal peti kemas. Karena fasilitas cranenya tidak ada, sedangkan di pelabuhan Makassar New Port sudah dilengkapi dengan 8 crane yang sudah berfungsi.
“Masyarakat di Jawa Barat belum bisa memanfaatkan Pelabuhan Patimban, padahal potensinya sangat baik, karena rencana pembangunan berkapasitas hingga 7 juta TEUs setahun, namun terkendala karena belum memiliki tower crane,” terang Bambang.
Anak buah Prabowo Subianto itu mengatakan, mestinya pemerintah pusat mencontoh apa yang dilakukan Pelindo IV Makassar terkait pengembangan terminal di Pelabuhan Patimban agar dapat berfungsi dengan baik supaya anggaran pembangunan dari kepelabuhan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya penyedia jasa peti kemas.
Dewan Pakar DPP Partai Gerindra itu juga mengapresiasi PT. Pelindo IV yang mampu membuat Makassar New Port dengan biaya minim, namun produktivitas yang luar biasa. Didukung kedalaman perairan di pelabuhan itu mencapai 16 meter, bahkan di fase 3 dan 4 dapat mencapai 20-25 meter dalamnya.
“Sehingga kapal yang berkapasitas besar seperti 4.000-5.000 TEUs sudah bisa berlabuh di Makassar New Port, berbeda dengan Pelabuhan Patimban yang kedalamnya tidak sampai 10 meter, hanya bisa masuk kapal yang tidak lebih dari 1.000 TEUs, sehingga target 7 juta TEUs sulit tercapai” jelas Bambang Haryo.
Menurut Wakil ketua MTI itu, pelabuhan Makassar adalah pelabuhan hub penghubung untuk Indonesia timur dan barat, sedangkan Pelabuhan Patimban hanya sebagai pendamping pelabuhan Tanjung Priok jika mengalami overload.
“Sehingga pelabuhan Makassar ini juga bisa dimanfaatkan untuk menampung pelayaran internasional yang menghubungkan transportasi dari Asia timur dengan Australia, bisa jadi pelabuhan transit tingkat Internasional, sehingga memungkinkan untuk bersaing. Kami harapkan Makassar New Port bisa mengambil alih peran dari pelabuhan di Filiphina,” tandas Bambang Haryo. (kls/)